Sushi a la Jawa di Java Sushi

Sushi sering dikaitkan dengan daging ikan mentah. Meski sebagian sushi memang menggunakan daging ikan mentah, namun tidak semuanya begitu.

Digawangi oleh Bapak Syambarna, Java Sushi menyajikan sushi yang unik. Bila sebelumnya kita sudah kenal dengan inovasi sushi yang menggunakan kremes atau abon, kini Syambarna mencoba memadukan sushi dengan makanan lokal.

Hasilnya? Ada sushi gudeg, sushi bothok, sushi pecel, sushi urap, sushi tempe, sushi tahu, sushi sosis, dan sushi ikan keranjang.

“Saya mengatakannya fusion,” ujar Syambarna.

Untuk membuat sushi ini, Syambarna mengakui bahwa ia menggunakan banyak bahan lokal, namun mengolahnya sesuai dengan yang seharusnya. Pernah tinggal di Jepang selama 10 tahun, Syambarna yang beristerikan orang Jepang ini memang telah biasa membuat sushi. Diakuinya, ia belajar secara otodidak dari melihat.

Beras yang digunakan adalah beras mentik wangi karena dirasa paling mirip dengan beras Jepang. Cuka yang dicampurkan ke dalam nasi pun tetap digunakan. Menurut Syambarna, kuncinya ada pada teknik mencampurnya. Saat mencampurkan nasi dengan cuka, satu tangan harus sambil mengipasi nasi tersebut.

Terkait dengan rasa cuka, sushi yang menggunakan panganan lokal ini memang memiliki resiko terdapat semacam tabrakan rasa. Akan tetapi, ternyata paduan gudeg atau bothok atau panganan lokal lainnya tadi cukup masuk. Rasa nasi cuka tidak terlalu mendominasi, sebaliknya justru rasa panganan lokal yang agak mendominasi.

“Agar lebih nendang, di beberapa sushi lokal kami beri olesan sambal bawang di dalamnya,” ujar Syambarna.

Untuk memunculkan rasa ‘Jepang’-nya saya memilih mencelupkan sushi tadi ke shoyu – meskipun sebenarnya shoyu tidak disajikan bagi pemesanan menu sushi lokal ini.

Sushi ini dijual dengan harga antara Rp 10.000,- hingga Rp 12.000,-. Selain fusion sushi lokal ini, Java Sushi juga menyajikan fusion ramen. Syambarna memiliki dua menu ramen fusion, yaitu ramen dengan topping rendang dan ramen dengan topping pecel.

Java Sushi
Jl. Mancasan Indah,
Condong Catur, Yogyakarta
(Belakang UII Ekonomi)

(edited: sudah tutup)

Leave a Comment

@eatymologist.id